Senin, 04 November 2013

Laporan Pendahuluan Termoregulasi



LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI

 



























Disusun oleh :
Nama              : Intan NurKhasanah
Nim                 : 13021



2014



A.    Definisi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.

B.     Asal panas pada tubuh manusia
1.      Laju metabolism basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
*        BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
*        Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur  dan jenis kelamin.
*        Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera, demam, dan infeksi.
*        Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya  metabolism yang dialami klien.
2.      Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk kontraksi otot akibat menggigil.
3.      Peningkatan produksi tiroksin
-        Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor releasing.
-        Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk merangsang pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.
-        Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan memproduksi panas.
4.      Termogenesis kimia
perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon ini segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel otot sehingga meningkatkan aktifitas otot.
5.      Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.

C.    Sistem pengaturan suhu
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC. Apabila pusat temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia memiliki seperangkat system yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikanal suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang terdapat  pada jaringan dalam, seperti cranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan (±37oC). selain itu ada suhu permukaan (surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40oC. Lokasi pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau rectal (dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada temperature aksila. Suhu rectal agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah lain.

D.    Perbedaan Suhu
USIA
SUHU
3 bulan
6 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
13 tahun
Dewasa
>70 tahun
37.5
37.7
37.7
37.2
37.0
36.8
36.7
36.7
36.6
36.4
36.0

·         Hipotermi : suhu tubuh <36oC.
·         Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
·         Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
·         Hipertermi : suhu tubuh >40oC
E.     Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Termoregulasi
a.       Usia
suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
b.      Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
c.       Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
d.      Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia
e.       Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f.       Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Saat berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
F.     Efek panas pada manusia
Efek panas terbagi dalam 3 bagian :
1.      Fisik.
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah.
2.      Kimia.
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan kecepatan temperature.Reaksi oksidasi             permeabilitas               pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme             peningkatan pertukaran zat kimia tubuh dalam cairan tubuh.
3.      Biologis.
Efek panas terhadap fisik dan kimia                  peningkatan sel darah putih, peradangan dan dilatasi pembuluh darah              peningkatan sirkulasi darah dan peningkatan tekanan kapiler dan pH darah menurun.
G.    Perubahan  suhu
1.      Demam   
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus                      : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten              : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
c. Remitten                  : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
d. Relaps                                 : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
3, Hipotermia
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
4.      Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi.
5.      hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
H.    Mekanisme tubuh ketika terjadi perubahan suhu
1.      Mekanisme ketika suhu tubuh naik
a.       Vasodilatasi   : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pad kulit, yang memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga 8x lipat lebih banyak.
b.      Berkeringat    : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi.
c.       Penurunan pembentukan panas : beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.      Mekanisme tubuh saat suhu tubuh turun
a.       Vasokontriksi  kulit di seluruh tubuh             karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
b.      Piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang melekat pada folikel rambut berdiri.
c.       Peningkatan pembentukan panas system metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
I.       Mekanisme kehilangan panas melalui kulit
1.      Radiasi
pemindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dank e pembuluh darah permukaan.
2.      Konduksi
perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Terjadi melalui getaran dan gerakan elektro bebas. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin maka panas hilang. Panas berkonduksi melalui benda padat, cair, dan gas.
3.      Konveksi
perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi dikarenakanmassa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan dengan massa jenis udara dingin. Contoh : kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas melalui konveksi.
4.      Evaporasi
perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.


J.      ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam
a. Identitas diri  :
-        Umur, jenis kelamin, pekerjaan
b.  Status kesehatan :
keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
1) hipertermi : Pola Demam
a.       Terus menerus             tingginya menetap >24 jam,
                                               bervariasi (1-2)oC.
b.      Intermitten                  demam memuncak secara
                                               berseling dengan suhu normal.
c.       Remitten                     demam memuncak dan turun
                                             tanpa kembali ke tingkat suhu
                                             normal.
d.      Relaps                         periode episode demam diselingi
                                              dengan tingkat suhu normal,
                                              episode demam dengan
                                               normotermia dapat memanjang
                                               lebih dari 24 jam.
                                                Mulai timbulnya panas, berapa
                                                lama, waktu, upaya untuk
                                                 mengurangi.
2) hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
d.      Riwayat kesehatan lalu
1)      Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2)      Hipotermi : tanyakan  suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
e.       Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
f.       Riwayat psikologis.
g. Pemeriksaan fisik :
1)      hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
2)      inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan, hangat, turgor menurun)
3)      tanda-tanda dehidrasi
4)      perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
2.      Diagnosa
a.       Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
b.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit
c.       Hipotermia berhubungan dengan penuaan
3.      Intervensi
a.       Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1)      Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2)      Kulit tidak teraba hangat
Intervensi :
1)      Evaluasi lingkungan rumah tentang faktor – faktor yan dapat mengganggu suhu tubuh.
2)      Kaji tanda dan gejal hipertermia
3)      Anjurkan pasien atau keluarga untuk minum secara adekuat
4)      Instruksikan keluarga unutk mengenali tanda dan gejala awal hipertermia : kulit kering, sakit kepala, penignkatan suhu, iritabilitas, suhu diatas 37,8 0C, dan kelemahan.
5)      Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
6)      Sesuaikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasien.
b.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
3)      Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
4)      Kulit tidak teraba hangat
5)      Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1)      Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran mukosa )
2)      Pantau TTV dan warna kulit
3)      Ajarkan pasien atau keluarga dala mebgukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia.
4)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik sesuai dengan kebutuhan.
5)      Kompres dengan air dingin atau hangat
6)      Anjurkan asupan cairan oral
7)      Lepaskan pakaian yang berlebihan
c.       Hipotermia berhubungan dengan penuaan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh kembali dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1)      Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2)      Kulit tidak teraba dingin
3)      Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
4)      TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1)      Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit, menggigil, kelelahan, kelemahan, apatis, dan bicara yang bergumam ).
2)      Kaji suhu tubuh paling sedikit setiap 2 jam sesuai kebutuhan.
3)      Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang tindakan untuk mence
4)      gah hipotermia dari pajanan dingin.
5)      Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal ( hemodialisa, dialisis peritonial, irigasi kolon ).
6)      Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat, alat – alat pemanas mekanik, suhu ruangan yang disesuaikan, botol dengan air hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi.



DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta, 2006.
Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, EGC. Jakarta, 1996.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 1997.
M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC. Jakarta, 2005.

1 komentar: