Minggu, 03 November 2013

Laporan Pendahuluan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit



LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

 

















Disusun oleh :
Nama              : Intan NurKhasanah
Nim                 : 13021


2014

A.    PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Untuk mempertahankan kesehatan di butuhkan keseimbangan cairan, elektrolit di dalam tubuh.
1.      Cairan
Lebih kurang 60 % berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan. Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan : ruang intraseluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstraseluler (cairan di luar sel). Kurang lebih dua pertiga dari cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intraseluler dan kebanyakan berada pada masa otot skeletal. Pada pria dengan berat badan 70 Kg (154 pound), cairan intraseluler berjumlah sekitar 25 L. Kurang lebih sepertiga cairan tubuh merupakan cairan ekstraseluler dan berjumlah sampai 15 L pada pria dengan berat badan 70 Kg.
      Kompartemen cairan ekstraseluler lebih jauh di bagi menjadi 3 ruang cairan intravascular, interstisiel dan transeluler.
2.      Elektrolit
Elektrolit dalam cairan tubuh merupakan kimia aktif (kation, yang mengandung muatan positif, dan anion yang mengandung muatan negatif). Kation-kation utama dalam cairan tubuh adalah natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Anion-anion utama adalah klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat, dan proteinat.

B.     DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh di distribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda, yakni : cairan ektrasel (CES) dan cairan Intrasel (CIS).
            Cairan ekstrasel terdiri dari cairan cairan interstisial (CIS) dan cairan Intravaskular. Cairan interstisial mengisis ruangan yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sejmlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15 % berat tubuh merupakan cairan interstisial. Cairan intravascular terdiri dari pasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang mengandung suspense leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5 % berat tubuh.
            Cairan Intrasel adalah cairan di dalam membrane sel yang berisi substasi terlarut atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk mematabolisme. Cairan intrasel membentuk 40 % berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute (zt terlarut) yang sama dengan cairan yang berada di ruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi – substansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar di dalam cairan intrasel dari pada dalam cairan ekstrasel (Potter & Perry, 2005)  



C.    PERGERAKAN CAIRAN TUBUH
Cairan ubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transporasi aktif atau filtrasi. Perpindahan ersebut tergantung pada permeabilitas membrane sel atau kemampuan membrane untuk di tembus caira dan elektrolit.
1.      Difusi
Adalah proses ketika materi padat, partikel, seperti gula di dalam cairan, berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah., sehingga distriusi partikel di dalam larutan menjadi merata.
2.      Osmosis
Adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membrane semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solute tinggi.
3.      Filtrasi
Adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di dalam bantalan kapiler.
4.      Transpor Aktif
Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energy untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel.
(Potter & Perry, 2005)

D.    ANATOMI FISIOLOGI PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH
Anatomi fisiologi pergerakan cairan dan elektrolit dalam tubuh menurut Brunner & Suddart (2001).
1.      Ginjal
Penting untuk pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ginjal berfungsi baik secara otonom maupun dalam berespons terhadap pembawa pesan yang di bawa oleh darah, seperti aldosterone dan hormone anti diuretic (ADH). Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan yang normal termasuk berikut ini :
a.       Pengatur volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selktif cairan tubuh.
b.      Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selekttif substansi yang di butuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak di butuhkan.
c.       Pengaturan PH CES melalui retensi ion-ion hydrogen
d.      Ekskresi sampah metabolic dan substansi toksik
2.      Jantung dan Pembuluh Darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan kerja pompa ini mengganggu perfusi ginjal dank arena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
3.      Paru - Paru
Paru-paru juga vital dalam mempertahankan homeostasis. Melalui ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang dewasa normal.
      Paru – paru juga mempunyai peran penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa.
4.      Kelenjar Pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu  substansi yang di kenal dengan nama hormone anti diuretick (ADH), Yang di simpan dalam kelenjar pituitary posterior dan di lepaskan jika di perlukan. ADH kadang  di sebut sebagai hormone penyimpan air, karena ia menyebabkan tubuh untuk menahan air. Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan osmotic sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
5.      Kelenjar Adrenal
Aldosteron, mineralokortikoid yang di sekresikan oleh zonaglomerulosa (daerah terluar) dari korteks adrenal, mempunyai efek yang mendalam dalam keseimbangan cairan.
6.      Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terdapat di sudut kelenjar tiroid, mengatur keseimbangan kalsiumdan fosfat melalui hormone paratiroid (PTH). PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus dan reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
7.      Renin
Enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi tidak aktif yang di bentuk oleh hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Dengan kemmpuan vasokonstriktornya , meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa haus.
8.      Hormon Anti Diuretik (ADH) dan Mekanisme Rasa Haus
Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan masukan cairan oral. Masukan cairan oral di kendalikan oleh pusat rasa haus yang berada di dalam Hipotalamus.
E.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH CAIRAN TUBUH
1.      Umur
Orang yang lebih muda mempunyai presentase cairan tubuh yang lebih tinggi di bandingkan dengan orang yang lebih tua
2.      Jenis Kelamin
Pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh di bandingkan dengan wanita.
3.      Kandungan Lemak Tubuh
Orang yang gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit di bandingkan dengan orang yang kurus , karena sel lemak mengandung sedikit air.
(Brunner & Suddart ,2001 )

F.     GANGGUAN VOLUME CAIRAN
1.      Kekurangan Volume Cairan (Hipovolemia)
Kekurangan volume cairan (FVD) terjadi akibat hilangnya cairan tubuh dan lebih cepat terjadi jika di satukan dengan penurunan masukan air. FVD mungkin terjadi semata-mata akibat masukan yang tidak adekuat jika penurunan masukan berlangsung lama.
            Penyebab FVD termasuk kehilangan cairan yang tidak normal, seperti yang terjadi akibat muntah – muntah, diare, suksion gastro intestinal, berkeringat dan penurunan masukan seperti pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan.
            Faktor resiko tambahan termasuk diabetes insipidus, insufisiensi adrenal, dieresis osmotic, pendarahan dan koma. Selain itu, terbentuknya edema pada luka bakar atau asites pada disfungsi hepar juga mengakibatkan FVD (Brunner & Suddarth, 2001).
2.      Kelebihan Volume Cairan
Kelebihan volume cairan terjadi saat natrium dan air di pertahankan dalam proporsi isotonic sehinggga menyebabkan hipovolemia tanpa di sertai tanpa di sertai kadar elektrolit serum . klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang menderita gagal jantung kongesif, gagal ginjal dan sirosis (Weldy, 1992)

G.    ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Riwayat keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output.
-Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat.
- Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
- Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b.  Pengukuran klinik
- Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 %             Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 %            Kekurangan volume cairan  * sedang
Turun 10 % - 15 %         kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20 %         Kematian
Naik 2 %                         Kelebihan volume cairan ringan         
Naik 5 %                         Kelebihan volume cairan sedang
Naik 8 %                         Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
- Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
- suhu                         : kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c
                                   Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
- tekanan darah          : Kekurangan volume ciran :  < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau
tetap
-  nadi                         : kekurangan vol cairan   : < 60-100x/mnt
                                   Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
- pernapasan               : kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/
menit
                                   Kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/
menit
- Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral
                                                     termasuk obat-obatan IV, makanan yang
                                                     cenderung mengandung air, irigasi kateter atau
                                                      NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses
                                                       (jumlah dan konsistensi), muntah, tube
                                                        drainase, IWL.
- Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.

b.      Pemeriksaan fisik
Kesadaran         : mengkaji GCS
Kepala            : mesocepal
Fontanel (Bayi) : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol (Kelebihan
                         volume cairan)
Mata                : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau tidak ada
                          (kekurangan volume cairan) Edema periorbital, papiledema (kelebihan
                          volume cairan)
Telinga           : bentuk simetris kanan dan kiri
Tenggorokan dan Mulut :  Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan
                                          kering, salvias menurun, lidah di bagian longitudinal menurun
                                          (kekurangan volume cairan)


Sistem Kadiovaskuler
Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang
tertekan pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum,
punggung, Lambatnya
Palpasi :
-          Kelebihan volume cairan              : Denyut nadi kuat, Edema (bagian tubuh
dependent : punggung,sacrum, tungkai)
-          Kekurangan volume cairan                       : Denyut nadi lemah, kapiler
menurun

Auskultasi :
            Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia, Hipermagnesemia :
                                     Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan, tekanan darah pada
                                        posisi orthostatic
            Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Sistem Pernapasan
            Inspeksi  :
-          Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea
Auskulatasi :
-          Kelebihan volume cairan : krekels

Sistem Gastrointestinal
Inspeksi :
-          Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung
-          Kekurangan volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah
-          Hiponatremia : diare
Auskultasi :
-          Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik
                                Perkusi                 :  Thympani
                                Palpasi                  :  tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di perut bagian
                                                             kanan bawah

Sistem Ginjal
            Inspeksi :
-          Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
-          Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
-           
Kulit
            Suhu tubuh :
-          Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis metabolic
-          Menurun : Kekurangan volume cairan     
Inspeksi :
-          kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering, kemerahan
palpasi :
-          Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan lembab
                                                                               (Potter & Perry, 2005)

2.      Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan ketidakseimbangan cairan tubuh antara lain:
a.              Kekurangan volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
b.             Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
c.              Risiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
d.             Resiko kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan





3.      Perencanaan Intervensi

No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
kekurangan volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
NOC : keseimbangan cairan,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, di harapkan volume cairan kembali normal dengan kriteria hasil:
-Tekanan darah, nadi, suhu
dalam batas normal
- Nadi perifer dapat teraba
-Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
-Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
-Elektrolit serum dan hematokrit dbn
NIC : Manajemen cairan
-  Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
-  Pasang kateter urin, jika ada.
-  Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan tekanan darah ortostatik).
-  Monitor hasil laboratorium yang berhubungan dengan retensi cairan
-  Monitor TTV
-  Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
-  Berikan cairan
-  Atur kemungkinan tranfusi
-  Persiapan untuk tranfusi
2
Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
NOC : Keseimbangan cairan,
Setelah di lakukan tindakan selama 3x24 jam di harapkan volume cairan kembali normal dengan kriteria hasil:
-Tekanan darah dalam batas normal
-Berat badan stabil
-Tidak terdapat asites
-Tidak terdapat distensi vena jugularis
-Tidak terdapat edema perifer
-Elektrolit serum dalam batas normal
NIC : Manajemen cairan
-  Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
-  Monitor hasil laboratorium yang berhubungan dengan kelebihan cairan
-  Kaji lokasi dan luas edema
-  Lakukan pemberian diuretik sesuai resep
-  Monitor TTV
-  Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
-  Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
3
Risiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan
NOC: Keseimbangan cairan,
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan volume cairan dalam batas normal dengan dengan kriteria hasil:
-Tekanan darah dalam batas normal
-Nadi perifer dapat teraba
-Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
-Tidak terdapat suara nafas tambahan
-Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
-Hidrasi kulit adekuat
-Membran mukosa lembab
-Elektrolit serum dan hematokrit dalam batas normal
NIC : Manajemen cairan
-  Ukur intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
-  Pasang kateter urin, jika ada.
-  Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan tekanan darah ortostatik).
-  Pasang IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
-  Monitor indikasi terjadinya retensi cairan (bunyi nafas crackles, peningkatan CVP, dan peningkatan osmolalitas urin)

3
Resiko kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan
NOC : Keseimbangan cairan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, di harapkan intake dan output cairan dalam batas normal dengan criteria hasil :
NIC : Manajement cairan

















DAFTAR PUSTAKA

North American Nursing Diagnosis Association. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Potter, P.A dan Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC
Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar