LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Disusun oleh :
Nama : Intan NurKhasanah
Nim : 13021
2014
A.
PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Untuk mempertahankan kesehatan di butuhkan keseimbangan cairan,
elektrolit di dalam tubuh.
1.
Cairan
Lebih kurang 60
% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan. Cairan tubuh
terdapat dalam dua kompartemen cairan : ruang intraseluler (cairan dalam sel)
dan ruang ekstraseluler (cairan di luar sel). Kurang lebih dua pertiga dari
cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intraseluler dan kebanyakan berada
pada masa otot skeletal. Pada pria dengan berat badan 70 Kg (154 pound), cairan
intraseluler berjumlah sekitar 25 L. Kurang lebih sepertiga cairan tubuh
merupakan cairan ekstraseluler dan berjumlah sampai 15 L pada pria dengan berat
badan 70 Kg.
Kompartemen
cairan ekstraseluler lebih jauh di bagi menjadi 3 ruang cairan intravascular,
interstisiel dan transeluler.
2.
Elektrolit
Elektrolit
dalam cairan tubuh merupakan kimia aktif (kation, yang mengandung muatan
positif, dan anion yang mengandung muatan negatif). Kation-kation utama dalam
cairan tubuh adalah natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Anion-anion utama
adalah klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat, dan proteinat.
B.
DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh di distribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda,
yakni : cairan ektrasel (CES) dan cairan Intrasel (CIS).
Cairan ekstrasel terdiri dari cairan
cairan interstisial (CIS) dan cairan Intravaskular. Cairan interstisial
mengisis ruangan yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan menyusun
sejmlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15 % berat tubuh merupakan
cairan interstisial. Cairan intravascular terdiri dari pasma, bagian cairan
limfe yang mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang mengandung
suspense leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5 % berat tubuh.
Cairan Intrasel adalah cairan di
dalam membrane sel yang berisi substasi terlarut atau solute yang penting untuk
keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk mematabolisme. Cairan intrasel
membentuk 40 % berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute
(zt terlarut) yang sama dengan cairan yang berada di ruang ekstrasel. Namun,
proporsi substansi – substansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium
lebih besar di dalam cairan intrasel dari pada dalam cairan ekstrasel (Potter
& Perry, 2005)
C.
PERGERAKAN CAIRAN TUBUH
Cairan ubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu
kompartemen ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi
di dalam tubuh. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis,
transporasi aktif atau filtrasi. Perpindahan ersebut tergantung pada
permeabilitas membrane sel atau kemampuan membrane untuk di tembus caira dan
elektrolit.
1.
Difusi
Adalah proses
ketika materi padat, partikel, seperti gula di dalam cairan, berpindah dari
daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah., sehingga
distriusi partikel di dalam larutan menjadi merata.
2.
Osmosis
Adalah
perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membrane semipermeabel yang
berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan yang
memiliki konsentrasi solute tinggi.
3.
Filtrasi
Adalah suatu
proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai
respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di dalam
bantalan kapiler.
4.
Transpor
Aktif
Transpor aktif
memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energy untuk menggerakkan
berbagai materi guna menembus membrane sel.
(Potter & Perry, 2005)
D.
ANATOMI FISIOLOGI PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH
Anatomi fisiologi pergerakan cairan dan elektrolit dalam tubuh
menurut Brunner & Suddart (2001).
1.
Ginjal
Penting untuk
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ginjal berfungsi baik secara
otonom maupun dalam berespons terhadap pembawa pesan yang di bawa oleh darah,
seperti aldosterone dan hormone anti diuretic (ADH). Fungsi-fungsi utama ginjal
dalam mempertahankan keseimbangan cairan yang normal termasuk berikut ini :
a.
Pengatur
volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selktif cairan tubuh.
b.
Pengaturan
kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selekttif substansi yang di butuhkan
dan ekskresi selektif substansi yang tidak di butuhkan.
c.
Pengaturan
PH CES melalui retensi ion-ion hydrogen
d.
Ekskresi
sampah metabolic dan substansi toksik
2.
Jantung
dan Pembuluh Darah
Kerja pompa
jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk
menghasilkan urine. Kegagalan kerja pompa ini mengganggu perfusi ginjal dank
arena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
3.
Paru
- Paru
Paru-paru juga
vital dalam mempertahankan homeostasis. Melalui ekshalasi, paru-paru membuang
kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang dewasa normal.
Paru
– paru juga mempunyai peran penting dalam mempertahankan keseimbangan asam
basa.
4.
Kelenjar
Pituitari
Hipotalamus
menghasilkan suatu substansi yang di
kenal dengan nama hormone anti diuretick (ADH), Yang di simpan dalam kelenjar
pituitary posterior dan di lepaskan jika di perlukan. ADH kadang di sebut sebagai hormone penyimpan air,
karena ia menyebabkan tubuh untuk menahan air. Fungsi ADH termasuk
mempertahankan tekanan osmotic sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi
air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
5.
Kelenjar
Adrenal
Aldosteron,
mineralokortikoid yang di sekresikan oleh zonaglomerulosa (daerah terluar) dari
korteks adrenal, mempunyai efek yang mendalam dalam keseimbangan cairan.
6.
Kelenjar
Paratiroid
Kelenjar ini
terdapat di sudut kelenjar tiroid, mengatur keseimbangan kalsiumdan fosfat
melalui hormone paratiroid (PTH). PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi
kalsium dari usus halus dan reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
7.
Renin
Enzim yang
mengubah angiotensinogen, suatu substansi tidak aktif yang di bentuk oleh
hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Dengan kemmpuan
vasokonstriktornya , meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa
haus.
8.
Hormon
Anti Diuretik (ADH) dan Mekanisme Rasa Haus
Mempunyai peran
penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan masukan cairan oral.
Masukan cairan oral di kendalikan oleh pusat rasa haus yang berada di dalam
Hipotalamus.
E.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH CAIRAN TUBUH
1.
Umur
Orang yang
lebih muda mempunyai presentase cairan tubuh yang lebih tinggi di bandingkan
dengan orang yang lebih tua
2.
Jenis
Kelamin
Pria secara
proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh di bandingkan dengan wanita.
3.
Kandungan
Lemak Tubuh
Orang yang
gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit di bandingkan dengan orang
yang kurus , karena sel lemak mengandung sedikit air.
(Brunner &
Suddart ,2001 )
F.
GANGGUAN VOLUME CAIRAN
1.
Kekurangan
Volume Cairan (Hipovolemia)
Kekurangan volume cairan (FVD) terjadi akibat hilangnya cairan
tubuh dan lebih cepat terjadi jika di satukan dengan penurunan masukan air. FVD
mungkin terjadi semata-mata akibat masukan yang tidak adekuat jika penurunan
masukan berlangsung lama.
Penyebab FVD termasuk kehilangan
cairan yang tidak normal, seperti yang terjadi akibat muntah – muntah, diare,
suksion gastro intestinal, berkeringat dan penurunan masukan seperti pada
adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan.
Faktor resiko tambahan termasuk
diabetes insipidus, insufisiensi adrenal, dieresis osmotic, pendarahan dan
koma. Selain itu, terbentuknya edema pada luka bakar atau asites pada disfungsi
hepar juga mengakibatkan FVD (Brunner & Suddarth, 2001).
2.
Kelebihan
Volume Cairan
Kelebihan
volume cairan terjadi saat natrium dan air di pertahankan dalam proporsi
isotonic sehinggga menyebabkan hipovolemia tanpa di sertai tanpa di sertai
kadar elektrolit serum . klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan
ini meliputi klien yang menderita gagal jantung kongesif, gagal ginjal dan
sirosis (Weldy, 1992)
G.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Riwayat
keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan
dan makanan (oral dan parenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan cairan seperti
rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering, konsentrasi urine dan urine
output.
-Tanda kelebihan cairan: seperti
kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat.
- Pengobatan tertentu yang sedang
dijalani dapat mengganggu status cairan
- Status perkembangan seperti usia
atau situasi social
b.
Pengukuran klinik
- Berat badan : kehilangan /
bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah
keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang
Turun 10 % - 15
% kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20
% Kematian
Naik 2 % Kelebihan
volume cairan ringan
Naik 5 % Kelebihan volume cairan
sedang
Naik 8 % Kelebihan volume cairan
berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
- Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
- suhu : kekurangan volume
cairan : < 36 – 37 ° c
Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
- tekanan darah :
Kekurangan volume ciran : < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau
tetap
- nadi : kekurangan vol
cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan
volume cairan : > 60-100 x /mnt
- pernapasan :
kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/
menit
Kelebihan
volume cairan : < 16 – 24 x/
menit
- Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan
parenteral
termasuk obat-obatan IV, makanan yang
cenderung mengandung
air, irigasi kateter atau
NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan /
kepekatan), feses
(jumlah dan konsistensi), muntah, tube
drainase, IWL.
- Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/-
200 cc.
b.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : mengkaji GCS
Kepala : mesocepal
Fontanel (Bayi) : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol
(Kelebihan
volume
cairan)
Mata : Cekung, konjungtiva anemis,
air mata berkurang atau tidak ada
(kekurangan volume
cairan) Edema periorbital, papiledema (kelebihan
volume cairan)
Telinga : bentuk simetris kanan dan kiri
Tenggorokan dan
Mulut : Membran mukosa kering,
lengket, bibir pecah-pecah dan
kering,
salvias menurun, lidah di bagian longitudinal menurun
(kekurangan volume cairan)
Sistem
Kadiovaskuler
Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang
tertekan pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum,
punggung, Lambatnya
Palpasi :
-
Kelebihan
volume cairan : Denyut nadi kuat, Edema (bagian
tubuh
dependent : punggung,sacrum,
tungkai)
-
Kekurangan
volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler
menurun
Auskultasi :
Kekurangan volume cairan,
Hiponatremia, Hiperkalemia, Hipermagnesemia :
Tekanan darah
rendah atau tanpa perubahan, tekanan darah pada
posisi
orthostatic
Kelebihan Volume cairan : Hipertensi
(tekanan darah tinggi)
Sistem
Pernapasan
Inspeksi :
-
Kelebihan
Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea
Auskulatasi :
-
Kelebihan
volume cairan : krekels
Sistem
Gastrointestinal
Inspeksi :
-
Kekurangan
volume cairan : Abdomen cekung
-
Kekurangan
volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah
-
Hiponatremia
: diare
Auskultasi :
-
Kekurangan
volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai diare atau
hipoperistaltik
Perkusi :
Thympani
Palpasi
: tidak
ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di perut bagian
kanan bawah
Sistem Ginjal
Inspeksi :
-
Kekurangan
volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
-
Kelebihan
volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria, berat
jenis urine meningkat
-
Kulit
Suhu tubuh :
-
Meningkat
: hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis metabolic
-
Menurun
: Kekurangan volume cairan
Inspeksi :
-
kekurangan
volume caiaran, asidosis metabolik : kering, kemerahan
palpasi :
-
Kekurangan
volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan lembab
(Potter & Perry, 2005)
2.
Diagnosa Keperawatan
Beberapa
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan ketidakseimbangan
cairan tubuh antara lain:
a.
Kekurangan
volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
b.
Kelebihan
volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
c.
Risiko
kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
d.
Resiko
kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan
3.
Perencanaan Intervensi
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
kekurangan
volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
|
NOC : keseimbangan
cairan,
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, di harapkan volume cairan kembali normal dengan kriteria hasil:
-Tekanan darah, nadi, suhu
dalam batas normal
- Nadi perifer dapat teraba
-Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
-Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
-Elektrolit serum dan hematokrit dbn
|
NIC :
Manajemen cairan
- Ukur
intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Pasang
kateter urin, jika ada.
- Monitor
status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan tekanan darah
ortostatik).
- Monitor
hasil laboratorium yang berhubungan dengan retensi cairan
- Monitor
TTV
- Pasang
IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Berikan
cairan
- Atur
kemungkinan tranfusi
- Persiapan
untuk tranfusi
|
2
|
Kelebihan
volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
|
NOC : Keseimbangan cairan,
Setelah di lakukan tindakan selama 3x24 jam di harapkan
volume cairan kembali normal dengan
kriteria hasil:
-Tekanan darah
dalam batas normal
-Berat badan
stabil
-Tidak terdapat
asites
-Tidak terdapat
distensi vena jugularis
-Tidak terdapat
edema perifer
-Elektrolit
serum dalam batas normal
|
NIC : Manajemen cairan
- Ukur
intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Monitor
hasil laboratorium yang berhubungan dengan kelebihan cairan
- Kaji
lokasi dan luas edema
- Lakukan
pemberian diuretik sesuai resep
- Monitor
TTV
- Pasang
IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na
< 130 mEq/l
|
3
|
Risiko
kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan
|
NOC:
Keseimbangan cairan,
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam di harapkan volume cairan dalam batas normal
dengan dengan kriteria hasil:
-Tekanan darah dalam batas normal
-Nadi perifer dapat teraba
-Keseimbangan intake dan output selama 24 jam
-Tidak terdapat suara nafas tambahan
-Tidak terdapat rasa haus yang abnormal
-Hidrasi kulit adekuat
-Membran mukosa lembab
-Elektrolit serum dan hematokrit dalam batas
normal
|
NIC : Manajemen cairan
- Ukur
intake dan output cairan serta timbang berat badan setiap hari.
- Pasang
kateter urin, jika ada.
- Monitor
status hidrasi (misalnya kelembaban membran mukosa, nadi, dan tekanan darah
ortostatik).
- Pasang
IV line, sesuai dengan yang diresepkan.
- Monitor
indikasi terjadinya retensi cairan (bunyi nafas crackles, peningkatan CVP,
dan peningkatan osmolalitas urin)
|
3
|
Resiko
kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan
|
NOC :
Keseimbangan cairan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, di
harapkan intake dan output cairan dalam batas normal dengan criteria hasil :
|
NIC :
Manajement cairan
|
DAFTAR PUSTAKA
North American
Nursing Diagnosis Association. (2005-2006). Panduan
Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Potter, P.A dan Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC
Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal – Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar