Posted by : INTAN NUR K
akper yappi sragen……just do care
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan penggunaan napza
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Gangguan
penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi
tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga
mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri
dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan
yang bersifat patologis, yang menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup
berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya.
Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan
adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.
- Rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan
yang berat. Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang
ditampakkanoleh remaja dengangangguan penggunaan zat adiktif.
Respon adaptif Respon
maladaptive
|--------------------------|-------------------|-------------------|-------------------------|-
Gambar 1: Rentang respon penggunaan zat adiktif
1.
Penggunaan zat adiktif secara eksperimental ialah:
Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin
memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
2.
Penggunaan zat adiktif secara rekreasional ialah:
Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang
bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.
3.
Penggunaan zat adiktif secara situasional ialah:
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual,
sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini
merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya.
Biasanya digunakan pada saat sedang konflik, stress, frustasi.
4.
Penyalahgunaan zat adiktif ialah:
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan
secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi
penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social
dan pendidikan.
5.
Ketergantungan zat adiktif ialah:
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma
putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang
yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan
atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala
pemutusan zat.
- Faktor pendukung
- Faktor biologis
a.
Genetic: tendensi keluarga
b.
Infeksi pada organ otak
c.
Penyakit kronis
- Faktor psikologis
a.
Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif
19,9%)
b.
Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%),
faktor social, ekonomi.
c.
Disfungsi keluarga
d.
Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman
e.
Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan
masalah yang menyimpang
f.
Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri,
kecenderungan homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat untuk menyatakan
kejantanannya.
g.
Rasa bermusuhan dengan orang tua
- Faktor social cultural
a.
Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan
penyalahgunaan zatadiktif: ganja, alkohol
b.
Norma kebudayaan
c.
Adiktif untuk upacara adat
d.
Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang
terdapat banyak pengedar (mudah didapat: resiko relatif 80 %)
e.
Persepsi masyarakat terhadap pengunaan zat
f.
Remaja yang lari dari rumah
g.
Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini
h.
Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal
- Stressor presipitasi
- Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko relatif untuk terlibat NAZA: 81,3%)
- Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
- Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
- Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
- Kompleksitas dari kehidupan modern
- Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9% terlibat penyalah gunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan
ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam
penyalahgunaan / ketergantungan NAZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu
adalah :
- Keluarga yang tidak utuh : orang tua meninggal, orang tua cerai, dll
- Kesibukan orang tua
- Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik
- Tingkah laku
- Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik
a.
Menurunnya sifat menahan diri
b.
Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
c.
Bicara cadel, bertele-tele
d.
Sering datang ke dokter untuk minta resep
e.
Kurang perhatian
f.
Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap
bermusuhan
g.
Gangguan dalam daya pertimbangan
h.
Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma
dan dapat menimbulkan kematian.
i.
Meningkatkan rasa percaya diri
- Tingkah laku klien pengguna ganja
a.
Kontrol didi menurun bahkan hilang
b.
Menurunnya motivasi perubahan diri
c.
Ephoria ringan
- Tingkah laku klien pengguna alcohol
a.
Sikap bermusuhan
b.
Kadang bersikap murung, berdiam
c.
Kontrol diri menurun
d.
Suara keras, bicara cadel,dan kacau
e.
Agresi
f.
Minum alcohol pagi hari atau tidak kenal waktu
g.
Partisipasi di lingkungan social kurang
h.
Daya pertimbangan menurun
i.
Koordinasi motorik terganggu, akibat cenerung mendapat
kecelakaan
j.
Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan
sampai koma.
- Tingkah laku klien pengguna opioda
a.
Terkantuk-kantuk
b.
Bicara cadel
c.
Koordinasi motorik terganggu
d.
Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
e.
Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif
f.
Kontrol diri kurang
- Tingkah laku klien pengguna kokain
a.
Hiperaktif
b.
Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi
c.
Iritabilitas
d.
Halusinasi dan waham
e.
Kewaspadaan yang berlebihan
f.
Sangat tegang
g.
Gelisah, insomnia
h.
Tampak membesar –besarkan sesuatu
i.
Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan
paranoid
- Tingkah laku klien pengguna halusinogen
a.
tingkah laku tidak dapat diramalkan
b.
Tingkah laku merusak diri sendiri
c.
Halusinasi, ilusi
d.
Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
e.
Sikap merasa diri benar
f.
Kewaspadaan meningkat
g.
Depersonalisasi
h.
Pengalaman yang gaib/ ajaib
- Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:
- denial dari masalah
- proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
- Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
- Data khusus
- jumlah dan kemurnian zat yang digunakan
- Sering menggunakan
- Metode penggunaan (dirokok, intravena, Oral)
- Dosis terakhir digunakan
- Cara memperoleh zat (dokter, mencuri, dll)
- Dampak bila tidak menggunakan
- Jika over dosis, berapa beratnya
- Stressor dalam hidupnya
- Sistem dukungan (keluarga, social, finansial)
- tingkat harga diri klien, persepsi klien terhadap zat adiktif
- Tingkah laku manipulatif
III.
POHON MASALAH:
Resti Menciderai Diri
/\
|
Intoksikasi } (CP)
/\
|
HDR
/\
|
Gangguan Konsep Diri
Atau
Koping Mal Adaptif
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ancaman kehidupan
a. Gangguan keseimbangan cairan: mual, muntah
berhubungan dengan pemutusan zat opioda
b. Resiko terhadap amuk berhubungan dengan
intoksikasi sedatif hipnotik
c. Resiko cidera diri berhubungan dengan
intoksikasi aklkohol, sedatif, hipnotik
d. Panik berhubungan dengan putus zat alkohol
2. Intoksikasi
a. Cemas
berhubungan dengan intoksikasi ganja
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan intoksikasi sedatif hipnotik,
alcohol, opioda
3. Withdrawl
a. Perubahan proses piker: waham berhubungan
dengan putus zat alcohol, sedatif, hipnotik
b. Nyeri berhubungan dengan putus zat opioda,
MDMA: extasy
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan putus zat opioda
4. Pasca detoksikasi
a. Gangguan pemusatan perhatian berhubungan
dengan dampak penggunaan zat adiktif
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
berhubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri
sendiri.
c. Resiko melarikan diri berhubungan dengan
ketergantungan tehadap zat adiktif
Dari pohon masalah, diagnosa yang mungkin timbul :
1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri
berhubungan dengan intoksikasi
2. Intoksikasi berhubungan dengan menarik diri
3. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
konsep diri
4. Harga diri rendah berhubungan dengan koping
mal adaptif
V.
RENCANA
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Kondisi overdosis
a. Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman
kehidupan
Rencana tindakan:
-
Observasi
tanda – tanda vital, kesadaran pada 15 menit pada 3 jam pertama, 30 menit pada
3 jam kedua tiap 1 jam pada 24 jam berikutnya
-
Bekerja
sama dengan dokter untuk pemberian obat
-
Observasi
keseimbangan cairan
-
Menjaga
keselamatan diri klien
-
Menemani
klien
-
Fiksasi
bila perlu
2. Kondisi intoksikasi
Tujuan: intoksikasi pada klien
dapat diatasi, kecemasan berkurang/hilang
Rencana tindakan:
a. Membentuk hubungan saling percaya
b. Mengkaji tingkat kecemasan klien
c. Bicaralah dengan bahasa yang sederhana,
singkat mudah dimengerti
d. Dengarkan klien berbicara
e. Sering gunakan komunikasi terapeutik
f. Hindari sikap yang menimbulkan rasa curiga,
tepatilah janji, memberi jawaban nyata, tidak berbisik di depan klien, bersikap
tegas, hangat dan bersahabat
3. Kondisi withdrawl
a. Observasi tanda- tanda kejang
b. Berikan kompres hangat bila terdapat kejang
pada perut
c. Memberikan perawatan pada klien waham,
halusinasi: terutama untuk menuunkan perasaa yang disebabkan masalah ini:
takut, curiga, cemas, gembira berlebihan, benarkan persepsi yang salah
d. Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan
obat anti nyeri
4. Kondisi detoksikasi
a. Melatih konsentrasi: mengadakan kelompok
diskusi pagi
b. Memberikan konselin untuk merubah moral dan
spiritual klien selama ini yang menyimpang, ditujukan agar klien menjadi
manusia yang bertanggung jawab, sehat mental, rasa bersyukur, dan optimis
c. Mempersiapkan klien untuk kembali ke
masyarakat, dengan bekerja sama dengan pekerja social, psikolog.
Daftar pustaka:
1.
Cokingting, P.S., Darst,E, dan Dancy, B, 1992, Mental
Health and Psichiatric Nursing, Philadelpia, J.B.,Lippincott Company, Chapter 8
2.
Shults. Y.M. 1968,Manual of Psichiatric Nursing Care
Plans, Boston, Little.Brown and Company, Chapter 20,21,22.
3.
Stuart, G.W.,dan Sundeen, S.J., 1991, Pocket Guide to
Psichyatric Nursing, (2nd,ed), St. Louis Mosby Year Book, Chapter
17.
4.
Stuart, Gail W.,1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih
bahasa Yani, Achir, Edisi 3, Jakarta, EGC
5.
Hawari, Dadang.,2003, Penyelahgunaan dan ketergantungan
NAZA,FKUI, Jakarta,
gaya baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar