Jumat, 15 November 2013

GLUKOMA



Posted By : Intan Nur K
Dosen : Pak Sudaryanto


GLUKOMA


Refleksi mata
-          CAHAYA
 |
V
-          MASUK KORNEA PUPIL , LENSA
 |
V
-          DI FOKUSKAN KE RETINA
 |
V
-          OLEH SARAF DITRANSMISIKAN KE OTAK
 |
V
-          DITERJEMAHKAN SBG GAMBAR




DEFINISI
Glukoma adalah penyakit pada mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler mata.
Penekanan saraf optikus
           
-          Glukoma mrpk penyebab kebutaan ke dua setelah katarak.
-          Penyakit progresif optik neuropati dgn hilangnya neuron retina, yg dpt mengakibatkan kebutaan.
-          Di awali dgn adanya titik buta, biasanya tidak terdeteksi sampai dgn nervous optikus mengalami kerusakan.
Glukoma


-          Tekanan intra okuler normal sekitar 10-21 mmhg -- > tonometri
-          TIO ditentukan oleh keseimbangan antara aliran keluar humor aquos dari korpus silliar ke dalam  kanalis schlem
-          Kanalis schlem -- >  vena2 halus yg berfungsi mereabsorpsi cairan humor aquos
-          Cairan mata yg bersirkulasi  didalam mata disebut  dgn aquos humor
-          Terus menerus dibentuk  dan direabsorpsi
-          Berfungsi mempertahankan tekanan yg cukup pd bola mata untuk menjaga keseimbangan distensinya.

Siapa yg beresiko ???
-          Tekanan bola mata tinggi
-          Usia lebih dari 40 tahun
-          Ggn penglihatan
-          Tekanan darah tinggi
-          Kencing manis/ diabetes melitus
-          Cedera mata sebelumnya
-          Glaukoma pada keluarga

PENCEGAHAN

Mencegah lebih baik drpd mengobati.
-          Pemeriksaan mata yang teratur (khususnya TIO) diikuti terapi dini dan tepat dapat membantu mencegah kebutaan akibat glaukoma.
-          Kebutaan krn kerusakan syaraf bersifat irreversibel -- > tdk mungkin di perbaiki (saat ini) TANOMETRI -- > mengetahui  TIO
-          GONIOSKOPI -- >  menilai keadaan sudut (penyerapan aquos humor), apakah terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
-          Pemeriksaan LAPANG PANDANG. -- > Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.

KLASIFIKASI
Glaukoma Akut
Glaukoma akut biasanya terjadi secara mendadak,(kurang dari 6 bulan) dgn gejala nyeri mata yg berat atau sakit kepala, mata buram, melihat pelangi di sekitar lampu, mual dan muntah.
Serangan ini harus segera ditangani agar tidak menyebabkan kebutaan. Pada glaukoma jenis ini terjadi hambatan penyaluran keluar cairan dlm bola mata yg menyebabkan peningkatan tekanan intra okular mendadak dan dramatis.

Glaukoma kronik
            Perjalanan penyakitnya lambat (lbh dr 6 bulan) sehingga perlu pemeriksaan periodik untuk deteksi dan penanganan dini.
            Penderita glaukoma tipe ini biasanya sering tersandung saat berjalan karena telah terjadi penyempitan lapang pandang akibat glaukoma, sedangkan penglihatan sentralnya tidak terganggu.

PENATALAKSANAAN

-          Untuk menurunkan produksi aquos humor (timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol, brimonidin, apraclonidine, dorzolamide)
-          Untuk menigkatkan aliran aquos humor (epineprine, dipivefrine, carbachol dll)
-          Laser (argon laser trabeculoplasty) -- > meningkatkan aliran aquos humor
-          Surgical /tindakan pembedahan (trabeculektomi) -- > membuat jalan alternatif untuk aquos humor
-           
ASKEP GLUKOMA

 Pengkajian
-          Identitas / Data Biografi -- > Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
-          Riwayat penyakit sekarang -- > bgmn pasien hingga akhirnya ke rumah sakit, perasaan, keluhan saat ini.
-          Riwayat penyakit dahulu -- > penyakit yg sama, atau penyakit yg mendukung terjadinya penyakit saat ini
-          Riwayat Kesehatan Keluarga -- > apakah ada riwayat klrg dgn penyakit yg sama
Diagnosa
-          Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO).
            Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
1)      Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
2)      Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3)      Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
1)      Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
2)      Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
3)      Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
4)      Atur sikap fowler  atau dalam posisi nyaman.
5)      Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
6)      Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
7)      Berikan analgesik sesuai anjuran

Diagnosa
Gangguan persepsi sensori: penglihatan
            Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
1)      Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2)      Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi:
1)      Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
2)      Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan kehilangan penglihatan.
3)      Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
4)      Lakukan tindakan untuk membantu pasien yg mengalami keterbatasan penglihatan -- >  pencahayaan penting, bantu aktivitas.
5)      Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.

Diagnosa
Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1)      Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun   sampai tingkat  dpt ditoleransi.
2)      Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3)      Pasien menggunakan sumber coping secara efektif.
Intervensi:
1)      Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
2)      Berikan informasi yang akurat dan jujur.
3)      Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
4)      Identifikasi sumber/orang yang menolong.

Diagnosa
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
1)      Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2)      Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3)      Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
1)      Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,                       
2)      Tunjukkan tehnik yg benar pemberian tetes mata.
3)      Izinkan pasien mengulang tindakan.
4)      Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata
5)      Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan  (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).
6)      Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
7)      Dorong menghindari aktivitas, seperti mengangkat berat/mendorong, mengejan
8)      Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan   berserat.
9)      Tekankan pemeriksaan rutin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar