Posted by : Intan Nur K
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISPA
Oleh: M.SOWWAM
Oleh: M.SOWWAM
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare dan kurang gizi
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara
maju dan berkembang, terutama pada usia dibawah 5 tahun.
Mortalitas yang tinggipada umumnya akibat ISPA bawah yang berat.
Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300
jenis bakteri dan virus sebagai penyebab ISPA°
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah
infeksi akut yang terjadi pada saluran napas termasuk adneksanya.
- Akut adalah berlangsung sampai 14 hari,
- Adneksa yaitu sinus,rongga telinga dan pleura
- Akut adalah berlangsung sampai 14 hari,
- Adneksa yaitu sinus,rongga telinga dan pleura
II. KLASIFIKASI WHO (1985)
1. Berdasar anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
ISPA atas : Sinusitis, Rinitis, faringitis,
ISPA bawah : Laringitis, bronchitis, bronkhiolitis, pneumonia.
2. Berdasar etiologi.
Dengan
mengetahui etiologinya dapat diketahui pola kuman, bakteri atau virus penyebab
serta pola mikrobiologi untuk terlaksananya usaha pencegahan dan penanggulangan yang akurat
Klasifikasi ISPA Departemen Kesehatan Republik Indonesia
@ ISPA ringan
@ ISPA sedang
@ ISPA berat
Klasifikasi ISPA Sesuai anatomis
III. ETIOLOGI
1. Virus Utama :
1. Virus Utama :
- ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero
Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak
usia sekolah : Mycoplasma
IV. FAKTOR RESIKO
Faktor diri (host) :
umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan congenital,imunologis,BBLR dan premature.
Faktor lingkungan :
Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap infeksi,social ekonomi,cuaca dan polusi udara.
V. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada
tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit :
dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit,
dibagi menjadi empat yaitu
a. dapat sembuh sempurna,
b. sembuh dengan atelektasis,
c. menjadi kronis dan
d. meninggal akibat pneumonia.
dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit,
dibagi menjadi empat yaitu
a. dapat sembuh sempurna,
b. sembuh dengan atelektasis,
c. menjadi kronis dan
d. meninggal akibat pneumonia.
VI. PENATALAKSANAAN MEDIS
Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan
pada S.pneumonia,H.Influensa dan
S.Aureus
SINUSITIS
SINISTIS adalah peradangan membran mukosa dari satu atau lebih
sinus maksillaris, frontal, etmoidalis atau sfenoidalis
SINUSITIS AKUT
Etiologi penyakit oleh streptococcus pneumoniae, haemophilus
influensae, staphilococcus aureus.
Gejala
Nyeri diatas area sinus, sekresi nasal yang purulen
Patofisiologi
Gejala
Nyeri diatas area sinus, sekresi nasal yang purulen
Patofisiologi
Kongesti nasal oleh inflamasi –> obstruksi rongga sinus –>
Kondisi ini merupakan media pertumbuhan bakteri.
Terapi Medis
- Tujuan : mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal dan menghilangkan nyeri.
- Pemberian antibiotik (pilihan) seperti amoksisillin dan ampisillin.
- Pemberian dekongestan oral (drixoral dan dimetapp) atau topikal (afrin dan otrivin)
Intervensi Keperawatan
- Tujuan : mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal dan menghilangkan nyeri.
- Pemberian antibiotik (pilihan) seperti amoksisillin dan ampisillin.
- Pemberian dekongestan oral (drixoral dan dimetapp) atau topikal (afrin dan otrivin)
Intervensi Keperawatan
-
Penddikan
pasien
-
Tingkatkan
masukan cairan
-
Lakukan
kompres hangat setempat
-
Ajarkan
metode untuk meningkatkan drainase seperti mandi uap, mandi hangat, sauna
fasial.
-
Informasikan
tentang efek samping sprey hidung seperti kongesti rebound
-
Ajarkan
cara pencegahan infeksi sinusitis
RHINITIS
Pengertian
Inflamasi membran mukosa hidung yang dikelompokkan rhinitis
allergik dan non allergik
- Rhinitis allergik –> mungkin suatu tanda dari allergi
- Rhinitis non allergik disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif
Gejala
- Rhinitis allergik –> mungkin suatu tanda dari allergi
- Rhinitis non allergik disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif
Gejala
Kongesti nasal, rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis),
gatal pada nasal, bersin-bersin, sakit kepala
Terapi Medik
-
Tergantung
penyebabnya (Allergik atau non allergik)
-
Pemberian
antihistamin
-
Dekongestan
-
Kortikosteroid
topical
-
Natrium
kromolin
Intervensi keperawatan
-
Pendidikan
Pasien
Instruksikan
pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan spt (debu, asap
tembakau, asap, bau, tepung, sprei
-
Sejukkan
membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
-
Melunakkan
sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan.
-
Ajarkan
tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.
FARINGITIS
Faringitis Akut –> inflamasi febris tenggorok yang disebabkan
oleh virus (70%) dan bakterial (streptokokkus group A 30 %)
Gejala
Gejala
-
Membran
mukosa sangat merah
-
Tonsil
kemerahan
-
Folikel
limfoid membengkak dan dipenuhi eksudat
-
Pembesaran
dan nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
-
Demam,
malaise, sakit tenggorok, serak, batuk, dan rhinitis
Patofisiologi
-
Infeksi
virus hilang dalam 3 – 10 hari
-
mastoiditis,
sinusitis, otitis media, abses peritonsilar, adenitis servikal, demam reumatik
dan nefritisàKomplikasi
Terapi Medik
-
Bila
penyebabnya bakterial maka pemberian agen bakterial (penisilin) diberikan
selama 10 hari
-
Berikan
diet cair dan lunak
-
Anjurkan
banyak minum (2-3 L/hari)
Intervensi Keperawatan
-
Pendidikan
Kesehatan
-
Istirahat
ditempat tidur selama fase febris penyakit
-
Buang
tissu secara benar seteah digunakan (mencegah penyebaran infeksi)
-
Kumur
salin hangat (40,6 oC – 43,3 o C)
-
mengurangi
spasme pd tenggorokàIrigasi pd tenggorok
-
Kolaborasi
pmberian analgesic
-
Pemberian
antitusif (kodein, dekstrometrofan)
-
Lakukan
perawatan mulut
-
Jelaskan
tentang pentingnya terapi antibiotik secara tuntas
Tonsilitis
-
Peradangan
tonsil
-
Penyebab
umum adalah streptokokkus grup A
-
Gejala : sakit leher, nyeri menelan, menggigi, demam, dan sakit otot.
-
Biakan
tenggorok harus dilakukan untuk menentukan penyebab
-
Terapi : meningkatkan jumlah cairan yang masuk ; obat kumur salin ;
pemberian ntibiotic
LARINGITIS
-
Inflamasi
pada laring
-
Penyebab : terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan thd debu, bahan
kimiawi, asap, infeksi saluran napas atas ; hampir selalu disebabkan oleh virus
-
Gejala –> suara serak yang
persistenàakut : suara serak atau tidak dpt mengeluarkan suara, batuk berat.
Kronik
-
Terapi
medik –> akut : istirahat berbicara,
hindari merokok, istirahat ditempat tidur, menghirup uap dingin atau aerosol.
bila Kronik: istirahatkan suara, hilangkan infeksi pernapasan yg ada (primer),
batasi merokok, penggunaan kortikosteroid topical
-
Intervensi
keperawatan: Instruksikan
pasien mengistirahatkan suara dan memepertahankan kelebaban lingkungan,
sarankan penggunaan ekspektoran bila ada sekresi laringeal, berikan cairan ( 3
Liter) untuk mengencerkan sekresi
Menurut WHO :
- Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,Penisillin Prokain
- Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
1.PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam,batuk,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan tambahan,faring hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum, tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam,batuk,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan tambahan,faring hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum, tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga:
pengalaman terkena penyakit pernafasan,pengetahuan tentang penyakit pernafasan
dan tindakan yang dilakukan.
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
a. Hipertermi b/d invasi
mikroorganisme
b. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri menelan, penurunan nafsu makan sekunder
terhadap infeksi saluran pernapasan akut.
c. Kurang
pengetahuan tentang penatalaksanaan
ISPA b.d kurang informasi
d. Pola napas tidak efektif b.d
penurunan ekspansi paru.
e. Nyeri b/d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat
infeksi
f. Defisit volume cairan b.d peningkatan kehilangan cairan
sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam
1.
Tidak efektifnya pola nafas b/d penurunan ekspansi
paru
Tujuan : Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau
bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan
ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan
/ pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai
kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada
terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya
bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai
obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan
batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan
batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum
dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan
- Berikan humidifikasi tambahan misalnya :
nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d intake yang tidak adekuat.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu
makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan,
bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit,
rambut, konjungtiva).
Rasional : menentukan dan membantu dalam
intervensi selanjutnya.
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh.
Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat
menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.
3. Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional : Penurunan berat badan yang
signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.
5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi
sering
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
6. Kolaborasi
-
Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
Rasional : menentukan kalori individu dan
kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
-
Berikan obat sesuai indikasi.
- Vitamin B squrb 2×1.
Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi
bila protein dibatasi.
- Antiemetik rantis 2×1
Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.
3.
Hypertermi
-
Pantau suhu klien (derajat dan pola)
perhatikan menggigil/diaforsis
-
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen
tempat tidur sesuai indikasi
-
Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol
-
Berikan miman sesuai kebutuhan
-
Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
BalasHapushttp://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/