Copas BY : Mbak Wiwid
PT : akper yappi sragen
PT : akper yappi sragen
Di publikasiakn Oleh :
Intan Nur K (Indi)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DELIRIUM
I.
KONSEP DASAR
A.
Pendahuluan
Psikosa
secara sederhana dapat didefinisikan sebai suatu gangguan jiwa dengan
kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaa ini dapat digambarkan
bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab
organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan ganggua kemampuan
berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan
kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga
kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa
ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp
perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls
serta waham dan halusinasi.
Menninger
telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola
psikotik :
1.
Perasan
sedik, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
2.
keadaan terangsang yang tidak menentu dan
tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
3.
regresi
ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh
tak acuh terhadap harapan sosial.
4.
preokupasi
yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa
kebesaran
5.
keadaan
bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
B.
Pengertian
Delirium
adalah sindroma otak organik karena fungsi atau metabolisme otak secara umum
atau karena keracunan yan menghambat mnetabolisme otak.
C.
Gejala
Gejala
utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan
dengan kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan berkurang secara
keseluruhan (secara kuantitatif).
Gejala-gejala
lainnya penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada
yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, adanya klien yan terutama halusinasi dan ada yang
hanya berbicara komat-kamit dan inkohern.
Dari
gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu,
tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala
tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan
psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan
petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.
D.
Psikopatologi
Delirium
biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah sembuh, mungkin
sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak
dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus,
endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).
Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi
mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Jika
disebabkan oleh proses yang langsung menyerang otak , bila proses itu sembuh maka
gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan
gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan gejala utama gangguan
intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat gejala psikiatrik
bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai
dosis efektif tinggi.
E.
Penatalaksanaan
a.
Pengobatan
etiologik harus sedini mungkin dan di
samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b.
Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c.
Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan
sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong,
tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang,
tetapi bertambah gelisah.
d.
Klien
harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk
dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya)
ataupun untuk orang lain.
e.
Dicoba
menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
f.
Terdapat
gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama
yang mempunyai dosis efektif tinggi.
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Indentias
klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2.
Keluhan utama
Keluhan
utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan
atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
3.
Faktor predisposisi
Menemukan
gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta menentukan
tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat
menerangkan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari
gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu,
tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala
tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan
psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan
petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.
Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan
jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh
penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan
pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar
otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan,
intoksikasi dan sebagainya).
4.
Pemeriksaan fisik
Kesadran
yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia,
febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
5.
Psikososial
a.
Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh
lebih tinggi dari kembar dizigot .
b.
Konsep diri
·
Ganbaran
diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik
penyakit.
·
Identitas,
bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
·
Peran,
transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran
dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan
jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan
sumber yang cukup.
·
Ideal
diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
·
Harga
diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya
rendah karena kegagalannya.
c.
Hubungan sosial
Berbagai
faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan
orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal.
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu
untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien
cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya
sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan
kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
d.
Spiritual
Keyakina
klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang mampu
dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6.
Status mental
a.
Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b.
Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c.
Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan
kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d.
Alam perasaan
Klien
nampak ketakutan dan putus asa.
e.
Afek dan emosi.
Perubahan
afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu
karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi
dirinya, karena afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang
telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan
dan ambivalen.
f.
Interaksi selama wawancara
Sikap
klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.
g.
Persepsi
Persepsi
melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan
persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi
yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
h.
Proses berpikir
Klien
yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan
penilaian yang umum diterima.
Penilaian
realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien
tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan
proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya
asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan
gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang
sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
i.
Tingkat kesadaran
Kesadran
yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
j.
Memori
Gangguan
daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa jam atau hari yang
lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang
lalu).
k.
Tingkat konsentrasi
Klien
tidak mampu berkonsentrasi
l.
Kemampuan penilaian
Gangguan
ringan dalam penilaian atau keputusan.
7.
Kebutuhan klien sehari-hari
a.
Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan
gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali.
Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi
hari.
b.
Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit,
karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa
terjadi penurunan berat badan.
c.
Eliminasi
Klien
mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya,
karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat
terganggu pola makan.
8.
Mekanisme koping
Apabila
klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari
atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak
mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer
terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang digunakan
seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai
kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.
9.
Dampak masalah
a.
Individu
·
Perilaku,
klien muningkin mengbaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatas
sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau
menyisir atau mengganti pakaian.
·
Kesejahateraan
dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah, merasa
tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu diisolasi.
·
Kemadirian
, klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada keluarga atau
oorang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
10.
Diagnosa Keperawatan
a.
Risiko
terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
b.
Koping
individu yang tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan cara
mengekspresikan secara konstruktif.
c.
Perubahahn
proses berpikir berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempercayai orang
d.
Risiko
terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, status emoosional yang meningkat.
e.
Kesukaran
komunikasi verbal berhubungan dengan pola komunikasi yang tak logis atau inkohern
dan efek samping obat-obatan, tekanan bicara dan hiperaktivitas.
f.
Kurangnya
interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang
tidak adequat.
g.
Kurangnya
perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
h.
Perubahan
pola tidur berhubungan dengan hiperaktivitas, respon tubuh pada halusinasi.
i.
Ketidaktahuan
keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan
kurangnya informasi.
B.
Rencana Tindakan
a.
Risiko
terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
Batasan kriteria :
Sasaran jangka pendek :
Dalam
2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan
pada perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Sasaran jangka panjang :
Klien
tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pertahankan agar lingkungan klien pada
tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi
yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah)
2. Ciptakan lingkungan psikososial :
· sikap
perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat)
· Bina
hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien,
jujur , tepat janji, empati dan menghargai.
· Tunjukkan
perwat yang bertanggung jawab
3. Observasi secara ketat perilaku klien (setiap
15 menit)
4. Kembangkan orientasi kenyataan :
· Bantu
kien untuk mengenal persepsinya
· Beri
umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondoisinya
· Beri
kesempatan untuk mengungkapkan persepsi an daya orientasi
5. Lindungi klien dan keluarga dari bahaya
halusinasi :
· Kajiu
halusinasi klien
· Lakukan
tindakan pengawasan ketat, upayakan tidak melakukan pengikatan.
6. Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap
tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi.
7. Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai
dengan program terapi (pantau keefektifan dan efek samping obat).
|
1. Tingkat ansietas atau gelisah akan meningkat
dalam lingkungan yang penuh stimulus.
2. Lingkungan psikososial yang terapeutik akan
menstimulasi kemampuan perasaan kenyataan.
3. Observasi ketat merupakan hal yang penting,
karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuk
selalu memastikan bahwa kien berada dalam keadaan aman
4. Klien perlu dikembangkan kemampuannya untuk
menilai realita secara adequat agar klien dapat beradaptasi dengan
lingkungan.Klien yang berada dalam keadaan gelisah, bingung, klien tidak menggunakan
benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
5. Klien halusinasi pada faase berat tidak
dapat mengontrol perilakunya.
Lingkungan yang aman dan pengawasan yang tepat dapat mencegah cedera.
6. Klien yang sudah dapat mengontrol
halusinasinya perlu sokongan keluarga untuk mempertahnkannya.
7. Obat ini dipakai untuk mengendalikan psikosis
dan mengurangi tanda-tanda agitasi.
|
b.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
status emosional yang meningkat.
Batasan kriteria :
Penurunan
berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek,
ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
Sasaran jangka pendek :
Klien
dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
Hasil
laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1
minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien
tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Monitor masukan, haluaran dan jumlah kalori
sesuai kebutuhan.
2. timbang berat badan setiap pagi sebelum
bangun
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup bagi
kesehatan dan proses penyembuhan.
4. Kolaborasi
· Dengan
ahli gizi untuk menyediakan makanan dalam porsi yang cukup sesuai dengan
kebutuhan
· Pemberian
cairan perparenteral (IV-line)
· Pantau
hasil laboraotirum (serum elektrolit)
5. Sertakan keluarga dalam memnuhi kebutuhan
sehari-hari (makan dan kebutuhan fisiologis lainnya)
|
1. Informasi ini penting untuk membuat
pengkajian nutrisi yang akurat dan mempertahankan keamanan klien.
2. Kehilangan berat badan merupakan informasi
penting untuk mengethui perkembangan status nutrisi klien.
Klien mungkin tidak memiliki pengetahuan yang
cukup atau akurat berkenaan dengan kontribusi nutrisi yang baik untuk
kesehatan.
4. Kolaborasi :
· Klien
lebih suka menghabiskan makan yang disukai oleh klien.
· Cairan
infus diberikan pada klien yang tidak, kurang dalam mengintake makanan.
· Serrum
elektrolit yang normal menunjukkan adanya homestasis dalam tubuh.
5. Perawat bersama keluarga harus memperhatikan
pemenuhan kebutuhan secara adequat.
|
c.
Kurangnya
interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang
tidak adequat.
Batasan kriteria :
Kurang
rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi
yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut
pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal.
Sasaran jangka pendek :
Klien
siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai
dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang :
Klien
dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam
aktivitas kelompok di unit rawat inap.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Ciptakan lingkungan terapeutik :
- bina hubungan saling percaya ((menyapa klien
dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan
menghargai).
- tunjukkan perawat yang bertanggung jawab
- tingkatkan kontak klien dengan lingkungan
sosial secara bertahap
2. Perlihatkan penguatan positif pada klien.
Temani klien untuk memperlihatkan dukungan
selama aktivitas kelompok yang mungkin mnerupakan hal yang sukar bagi klien.
3. Orientasikan klien pada waktu, tempat dan
orang.
4. Berikan obat anti psikotik sesuai dengan
program terapi.
|
1. Lingkungan fisik dan psikososial yang terapeutik
akan menstimulasi kemmapuan klien terhadap kenyataan.
2. hal ini akan membuat klien merasa menjado
orang yang berguna.
3. kesadran diri yang meningkat dalam
hubungannya dengan lingkungan waktu, tempat dan orang.
4. Obat ini dipakai untuk mengendalikan psikosis
dan mengurangi tanda-tanda agitasi
|
d.
Kurangnya
perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
Batasan kriteria :
Kemauan
yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan kurang minat
dalam berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
Klien
dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1
minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien
ampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan
suatu keinginan untuk melakukannya.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Dukung klien untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan kien.
2. Dukung kemandirina klien, tetapi beri bantuan
kien saat kurang mampu melakukan beberapa kegiatan.
3. Berikan pengakuan dan penghargaan positif
untuk kemampuan mandiri.
4. Perlihatkan secara konkrit, bagaimana
melakukan kegiatan yang menurut kien sulit untuk dilakukaknya.
|
1. Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam
melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan harga diri.
2. Kenyamanan dan keamanan klien merupakan
priotoritas dalam keperawatan.
3. Penguatan positif akan menignkatakan harga
diri dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku yang diharapkan.
4. Karena berlaku pikiran yang konkrit,
penjelasan harus diberikan sesuai tingkat
pengetian yang nyata.
|
e.
Ketidaktahuan
keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
Adanya
pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan
mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
Klien
dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana
pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
Klien
dapat mengatan pentingnya mengetahui dan
kerja sama dalam memantau gejala dan tanda efek samping obat.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Tetaplah bersama klien ketika minum obat
antipsikotik
3. Amati klien akan adanya EPS, 4. Pantau
keluaran urine,dan glukosa urine
4. Beritahu klien bahwa dapat terjadi perubahan
yang berkaitandengan fungsi seksual dan menstruasi.
|
1. Hipotensi ortostatik mungikn terjadi pada
pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan tekanan darah dalam posisi berbaring,
dudujk dan berdiri.
2. Beberapa klien mungkin menyembusnyikan
oabt-obat tersebut.
3. distonia akut (spame lidah, wajah, leher dan
punggung), akatisia (gelisah, tidak dapat duduk dengantenag,
mengetuk-negetukan kaki,pseudoparkinsonisme (tremor otot, rifgiditas,
berjalan dengan menyeret kaki) dan diskinesia tardif (mengecapkan bibir,
menjulurkan lidah dan gerakan mengunyah yang konstan).
4. Wanita dapat mempunyai periode menstruasi
yang tidak teratus atau amenorhea dan pria mungkin mengalmi impotens atau
ginekomastik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar